Subjek Terkait
Format
Takarir
Saduran dari situs web Kompasiana
Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan potensi masing-masing. Kesempatan terbesar untuk menjalani proses belajar mengembangkan bakat dan potensi terjadi pada usia 0 – 6 tahun. Kehilangan kesempatan untuk memperoleh stimulasi yang cukup pada usia ini berarti kehilangan 60 % potensi anak yang tidak dapatdikejar pada usia selanjutnya [irreversible]. Usia 3 – 6 tahun adalah masa inisiatif yang memerlukan dukungan yangkuat dari orang tua dan lingkungan. Dunia anak adalah dunia bermain sehinga belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar adalah metode pendidikan yang paling sesuai bagi anak.
Pengembangan fungsi fisik, kecerdasan otak, emosi, dan kepribadian kebudayaan sosial terjadi dengan pesat pada usia ini. Sehingga sangat menentukan kualitas anak pada kehidupannya.
SENI BUNYI menjadi tawaran media, karena seni ini pada awalnya diciptakan dengan bermain-main terlebih dahulu. Dan bermain adalah intuisi dasar dari setiap anak. Contoh anak bermain air di sungai, menyusun bebatuan karang dan pasir, berteriak di perbukitan, tangkap udang dan ikan di laut. Semuanya berbasis permainan lokal. Karena dalam acara bermain, simpul-simpul imajinasi, kreasi, pemikiran kritis akan mudah tersulut dan dibangkitkan.
Tulisan yang sangat sederhana ini diharapkan bisa membantu bagi guru-guru tk, kader kesehatan, pendamping anak, budayawan lokal, dan pemerhati pendidikan anak untuk dijadikan salah satu tuntunan dasar dalam mengembangkan pengetahuan, wawasan dan pegangan dalam mendampingi anak-anak usia dini.
Semoga tulisan tipis jauh dari sempurna ini dapat membantu para pendamping anak dalam mengimplementasikan hak-hak anak dalam dunia pendidikan sehari-hari yang basis pengajarannya berazas pada dialektis, partisipatif, egaliter, dan demokratis.
BUNYI SEBAGAI MEDIA EKSPRESI ARTISTIK
Hembusan angin menerpa dedaunan, alurnya menyelnap disela-sela ranting dan dahan. Gesekan dedaunan menimbulkan bunyi suara yang khas. Diseling bebunyian gemericik air dari pancuran dan menjatuhi bebatuan, betapa perpaduan yang sangat artistik dan menimbulkan suara bunyi yang mentakjubkan. Tenangnya air sungai di tepuk dengan kedua telapak tangan, menghasilkan bebunyian yang sangat khas dan aksentuasional.
Ember plastik maupun kaleng bekas, gelas mineral atau galon, potongan bambu, velg motor atau sepeda dan gir rantai, sobekan kertas bekas yang diselingi perpaduan teriakan suara anak-anak atau tangisan anak, jika dibingkai menjadi bangunan kubah kompositoris akan mendekatkan anak akan kemuliaan sang maha pencipta dan lingkungan alam: kebangkitan imajinasi anak yang sangat inspiratif.
Bebunyian yang bersumber dari benda padat, cair, dan udara setelah dirangkum serta diolah akan menghasilan suatu karya ekspresi orisinal. Hal ini adalah hasil imajinasi dan kreatifitas anak yang dekat dengan alam lingkungan dimana anak dan orang tua hidup bersama tetangga dan masyarakat lokal lainnya. Suasana alam yang divisualkan melalui sumber bunyi natural serta material seperti dari ember, botol, kertas dan lain sebagainya dapat mendekatkan sang anak dengan bumi dan seisinya. Ekspresi artistik anak adalah curahan perasaan keindahan anak yang terbebas dari nilai-nilai keindahan orang dewasa. Ini dimungkinkan bila ekspresi keindahan anak tidak disejajarkan dengan ekspresi kaidah manusia dewasa yang menjurus ke teori baku.
Bunyi sebagai media ekspresi di sini diharapkan dapat mendekatkan anak-anak kita pada suasana yang asli. Yaitu: bunyi persawahan, pepohonan, sungai, burung-burung, dan binatang lainnya. Kecintaan anak pada bumi semesta dan seisinya bisa bangkit dengan adanya pendekatan kepada dunia flora dan fauna. Ekspresi bunyi yang responsif akan membawa anak ke arah percaya akan kemampuannya untuk berdialog dengan sesama teman bermainnya: mengkomunikasikan ide gagasannya secara cerdas dan mandiri.
Anak-anak yang saling berdialog, baik melalui bunyi-kata-suara, lambaian tangan, merespon instrumen material, dapat dianggap sebagai pernyataan ‘bunyi’ (suara hati yang terdalam) tanpa adanya intervensi dari orang dewasa. Karena seni pada dasarnya tak lepas dari pengaruh suasana bermain-main.
MENGENAL KARAKTER BUNYI ALAM
ANAK-ANAK perlu diajak berkeliling ke sekitar lingkungan dimana orang tua tinggal. Kebun, persawahan, dan jalan pedesaan masing-masing dikenalkan pada anak. Pendamping sangat perlu untuk mencoba untuk berkomunikasi, mendongeng, dan mendengar pendapat anak-anak tentang pengalaman disaat berkeliling di desa dan saat berkenalan dengan sesepuh desa. Juga tak lepas tentang materi pendampingan itu sendiri, yaitu tentang suasana pedesaan dan lingkungan di mana pendamping dan anak berkeliling di sekitar desa.
Materi Studi Pertama:
Proses penggalian penyadaran anak pada lingkungan bisa dilakukan dengan pertanyaan sisipan:
- Siapa yang bisa menirukan suara burung?
- Bagaimana suara angin, hujan, gesekan dedaunan, dan suara burung berjalan?
- Bagaimana bunyi pohon yang ditebang?
- Bagaimana bunyi bebatuan yang dipukul atau saling bertubrukan di sungai?
- Bagaimana bunyi air ketika didulang menggunakan kedua telapak tangan?
Diusahakan pendamping tidak mempengaruhi anak-anak dalam mengeksplor suara-suara tersebut. Pendamping bisa meluruskan dalam arena bermain bila keadaan sangat pantas untuk pendamping masuk dan meluruskan situasi. Yaitu dengan mempersilahkan anak-anak untuk mengulangi dalam berkonsentrasi mendengarkan suara-suara alam. Dalam suasana bermain, pendamping bisa menambah material bebunyian untuk menghindari kebosanan anak.
Materi Studi Kedua:
Bagaimana anak bercerita tentang keindahan alam dan lingkungan di mana ia tinggal bersama orang tua. Termasuk tentang rusaknya hutan akibat pembakaran liar, kota tergenang banjir, burung dan binatang terbunuh oleh penembak liar, ramainya jalanan kota serta suasana pertokoan dan lain sebagainya.
Hal ini juga tentang bagaimana mengupayakan sang anak untuk bisa berkonsentrasi dan mengeksplorasi lingkungannya tanpa ada perasaan terpaksa. Yaitu tanpa harus mengurangi suasana kebebasannya dalam suasana bermain-main. Pendamping harus bisa menunjukkan pada sang anak bahwa ia sungguh-sungguh menyayangi dan mencintainya. Sang pendamping harus membuka tutur katanya dengan lembut, bersahabat, dan tidak berkesan menggurui. Ciptakan suasana dialog dengan tenang, damai dan hening. Proses belajar konsentrasi adalah bagian proses belajar yang penting dalam menghargai sesama. Proses dialogis di dalam pengembararaan imajinasi yang kreatif diharapkan muncul pada anak sebagai gambaran proses eksplorasi anak yang cerdas di ruang semesta ini.
MATERI STUDI KETIGA
MATERIAL SUMBER BUNYI oleh pendamping bisa ditambah dan dikembangkan. Misalnya pada bagian awal anak bisa diajak menuju ke ruang terbuka dan luas. Sumber bunyi juga bisa berasal dari pengalaman dan dialog yang intensif antara pendamping dan anak, terutama yang berasal darisuasana perkampungan atau lingkungan masing-masing anak tinggal. Diharapkan sang anak bisa menceritakan kembali buah pengalamannya masing-masing tersebut. Setelah adanya pemahaman tentang bebunyian, untuk beranjak ke tahap selanjutnya perlu dipersiapkan peralatan praktek bunyi. Praktek bebunyian lokal tidak harus mahal. Materi bunyi bisa didapatkan disekitar lingkungan masing-masing, sebagai contoh: sapu lidi, ember rusak, besi atau kayu bekas, pralon, botol air mineral, bambu, ranting pohon dan lain sebagainya.
METODE BERMAIN
Anak-anak diajak membentuk lingkaran. Dalam proses ini, posisi anak-anak boleh berdiri atau duduk. Posisikan masing-masing anak memegang peralatannya. Sebagai pembuka, pendampaing dapat menyajikan contoh bunyi pembuka untuk ditirukan oleh anak-anak. Pendamping dapat membuat irama yang berganti-ganti dan diikuti terus-menerus oleh anak. Sampai ketika sang anak mengerti dan hafal. Bila bebunyian terasa kurang nyaman didengar, biarkan terlebih dahulu, sampai anak bisa mengerti dan menikmati bunyi masing-masing instrumen yang dipegangnya. Selanjutnya posisi diubah sesuai kreativitas dari pada para pendampingnya.
Permainan terus bisa dikembangkan dengan mulai memperkenalkan suara-suara alam. Proses ini bisa ditambah dengan suara gumam, bersenandung, rengeng-rengeng, dan teriakan vokal huruf hidup maupun mati. Selanjutnya, proses bisa ditambah dengan perkenalan terhadap ritme dan irama. Misalnya melalui tepukan tangan dan gerakan tubuh lainnya. Anak-anak juga bisa menirukan suara maupun gerakan binatang. Karena hal yang paling penting ialah suasana bermain-main agar dipelihara dan dijaga. Dari dasar-dasar inilah bisa ditelaah apakah anak akan melahirkan keterampilan atau keahlian fisik yang berguna. Dalam proses bermain ini anak diharapkan dapat menyaradari potensi budaya lokal, material lokal, wawasan lokal, dan kemahiran lokal yang bisa dijadikan bekal wawasan yang lebih luas. Respon dialogis adalah penyangga proses dialog untuk mempertajam pemikiran kritis menuju anak yang berkesadaran.
Tahun
Penulis
Bahasa
Penerbit
Tempat Penerbitan
Pranala
Media


